Selasa, 24 Februari 2015

MAKALAH STREIGH NEWS DAN FEATURE


I. PENDAHULUAN
Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.

Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.

Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi. Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.

Sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.

Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.

Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas.

I. TINJAUAN PUSTAKA
Berita berasal dari bahsa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa Inggris disebut "Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi".Ada juga yang menyebut dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau "Yang Telah Terjadi".Menurut kamus besar,berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.

News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.

Ketenaran atau kemenonjolan (prominence) adalah salah satu dari berbagai kriteria berita yang baik. Ingat, tidak semua berita yang dimuat atau disiarkan oleh media massa itu adalah berita baik. Berita yang tidak baik kadang-kadang disebut BERITA SAMPAH atau sering juga disebut BUKAN BERITA. ADA beberapa jenis berita. Yang paling pendek disebut straight news, yaitu berita singkat padat yang langsung mengabarkan inti berita, tapi tetap mengandung unsur 5-W 1-H [who (siapa), what (apa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), how (bagaimana)]. Jika berita tersebut sangat penting untuk segera diketahui oleh publik disebut stop press, sedangkan jika ditayangkan di layar televisi atau melalui corong radio disebut breaking news - karena disiarkan sebagai selingan mendadak di sela-sela acara yang sedang berlangsung (Kusumaningrat, Hikmatt & Kusumaningrat,2006)

1. Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu: Straight News: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini,

jenis berita Straight News dipilih lagi menjadi tiga macam :
a. Hard News: yakni berita yang memiliki nilai lebih dari segi aktualitas dan kepentingan atau amat penting segera diketahui pembaca.
Berisi informasi peristiwa khusus (special event) yang terjadi secara tiba-tiba.
b. Soft News, nilai beritanya di bawah Hard News dan lebih merupakan berita pendukung.

c. Depth News: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

2. Investigation News: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
3. Interpretative News: berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter.
4. Opinion News: berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam, dan sebagainya

Bagian Berita
Secara umum, berita mempunyai bagian-bagian dalam susunannya yaitu

· Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2)menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
· Deadline.
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.
· Lead
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.
· Body.
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.

Dalam Berita Harus terdapat unsur-unsur 5W 1H yaitu :
(1) What - apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?
(2) Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
(3) Where - di mana terjadinya peristiwa itu?
(4) When - kapan terjadinya?
(5) Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
(6) How - bagaimana terjadinya? (Kustadi Suhandang, 2004)

Penulisan feature juga cenderung deskriptif karena berbeda dengan berita reguler yang kekuatannya terletak pada obyektivitas, kisah-kisah feature justru diberatkan untuk bagaimana membangkitkan membangkitkan imajinasi pembaca terhadap apa yang diangkat dalam tema penulisannya.

Feature koran atau majalah adalah salah satu jenis tulisan feature yang memiliki dua ciri, yaitu mengikuti headline news yang muncul di halaman-halaman utama koran dan peristiwa-peristiwa utama yang termuat di koran tersebut dan penulis yang ditekan deadline. Tipe ini disebut juga dengan istilah sidebar, yaitu tulisan yang mendukung atau dibalik berita utama. Kedua adalah tipe feature yang dibuat dengan ciri timeless artinya penulisannya tidak mengikuti cepatnya koran harus memberitakan peristiwa. Wartawan bisa lebih santai dalam menulis karyanya dengan konsekuensi karyanya itu mendetail dan lebih bergaya feature dalam penyampaiannya.

Kegiatan jurnalisme sebagai seni tulis menulis juga mengembangkan karyanya mengenai gaya sastra lewat penulisan feature. Dalam skup ini, sastra digunakan untuk mengembangkan tulisan yang berbentuk news maupun views. Dalam news, sastra dipakai sebagai sarana faktual bagi pengembangan sisi human interest dan views dipakai sebagai saran untuk memikat pembaca dengan gaya penulisan yang enteng, cair dan sederhana.

Intinya, gaya sastra menjadikan feature sebuah kekuatan baru bagi media massa untuk mensiasati media lain yang lebih cepat penyampaian informasinya.

Dalam sejarahnya, Feature mulanya hanya menjadi sebuah bentuk tulisan yang mengungkapkan sudut pandang lain dari fakta berita yang tidak mungkin untuk dibahas mendalam didalam straight news. Lalu pada perkembangannya, Feature menjadikan misteri kemanusiaan dalam suatu peristiwa untuk menggugah dan menyadarkan pembaca.

Septiawan Santana mengimpikasikan pemakaian garis pemikiran pelaporan jurnalisme sastra membuat laporan feature punya daya tembus lain. Hal Ini karena feature dibuat berdasarkan pemikiran untuk memudahkan pembaca dalam mengenal dan mengidentifikasi sebuah persoalan atau peristiwa(Taufiqurohman, M, 2005)

Keterampilan Menulis Feature (Writing Skills Feature)
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penulis feature, antara lain:
- Kemampuan menangkap ketertarikan pembaca
- Gemar dan setia menulis tentang kisah manusia
- Memiliki kemampuan mengaduk, merangsang, mengasyikkan dan
menghibur emosi pembacanya.

Lalu, ketajaman inderawi berbentuk ’rasa ingin tahu’ juga mutlak dimiliki seorang jurnalis. Kekuatan mengamati, kebiasaan tidak menerima begitu saja apa yang dilihatnya dan keinginan untuk menggali pertanyaan yang tidak memiliki jawaban di baik peristiwa adalah dasar yang baik pula.

Dalam sebuah peristiwa, banyak sekali nilai human interest yang bisa diangkat menjadi sebuah tema penulisan feature yang baik. Septiawan menjabarkan nilai ini ke dalam kategori : sesuatu yang aneh, luar biasa dan tidak wajar; misteri, bencana alam atau petaka, romantisme dan seks, petualangan dan kepahlawanan, kompetisi, anak kecil, remaja, orang tua, fauna, hobi dan rekreasi, bisnis, aktivitas rumah tangga dan kehidupan profesional, kesejahteraan sosial, kesuksesan, dan kebahagiaan.

Feature memiliki kekuatan lain bila dikaitkan dengan news story. Feature bisa menjadi alat pemberitaan yang dapat menunjang kekuatan penulisan. Hal ini tercermin ketika penulis menunjukkan sasaran dan efek tulisan jurnalismenya. Umumnya, feature mengambil posisi dan mengangkat kisah-kisah “musiman“ seperti : pesta rakyat, sketsa tokoh lokal, perayaan hari jadi dan lain-lain(Tempo Institute)

Mengungkapkan cerita feature tidak mungkin didapat dari tempat-tempat yang bersifat formal. Contohnya adalah peristiwa-peristiwa yang telah dapat diduga dan ter-format pola kejadiannya.

Materi human interest tidak akan melampaui materi berita news story. Materinya hanya mungkin mampu melampaui news story tatkala feature digunakan sebagai teknik penyajian didalam pengisahan berita investigatif dan interpretatif. Disinilah letak fungsi keunggulan sastra dalam kaitannya dengan pengembangan pelaporan berita. Dimana pengembangan “news story-feature” jadi tidak hanya terfokus pada tujuan penyampaian berita, akan tetapi terfokus pula pada teknik penyajian berita.

Feature dan artikel berhubungan erat. Hal ini tercermin dari bentuk feature artikel sebagai salah satu jenis dari artikel views di dalam penulisan jurnalistik. Septiawan berpendapat jurnalisme mengembangkan sturktur penulisan hingga mencapai mencapai kedalaman ‘keintiman ‘tertentu. Dalam sturuktur penulisan secara keseluruhan bentuknya hanya meneruskan model-model yang sudah ada.

Keunikannya justru terlihat dalam kreatifitas wartawan dalam mengembangkan bagian-per bagian dari tulisannya. Wartawan akan mengembangkan bagian-perbagian dengan menggunakan hasil suntikan kaidah sastra pada kreasi emotif dan rasa tulisan hasil tulisan sebuah feature yang mengungkap sisi kemanusiaan harus mengocok pembaca untuk membaca apa apa yang ditulisnya.

Feature juga akrab dengan emosi atau sentimen kemanusiaan. Dalam kalkulasi tertentu, laporan feature lebih banyak memainkan sisi “kemanusiaan” dengan cara menarik minat, memusatkan perhatian, dan memberi sentuhan kesenangan pada sebagian pembaca. Perhatian kemanusiaannya digugah lewat kisah-kisah cinta, kebencian, keingintahuan, ketakutan, humor, atau tema-tema yang aneh yang “kenapa tidak” (Tom E. Rolnicki, C. Dow Tate, Sherri A. Taylor,2008)

Struktur “Feature”
Struktur feature terdiri atas lead, tubuh dan penutup. Namun, Roy Paul Nelson dalam buku “feature and Article” mengaitkan hubungan antara feature dengan kajian jurnalisme sastra dalam sturuktur penulisan jurnalistik. Menurutnya, pengaruh sastra telah mengadopsi struktur penulisan feature kedalam urutan unsur judul, lead, tubuh dan penutup.

Dalam penulisannya, judul adalah awal penarik minat pembaca. Pembaca yang penasaran ketika membaca judul yang aneh akan mencoba untuk mulai membaca lead-nya. Judul berbeda dengan headlines berita. Judul tidak perlu mengikuti seperangkat aturan yang mengikat headlines. Dalam feature judul bukan berupa ringkasan tulisan. Kepentingan judul didalam feature hanya sebagai penggugah pembaca dan menarik atensi pembaca (Charnley ,1965)

Dalam menulis feature, lead menjadi sebuah standar bagi penulisan berita dan feature. Lead dibuat untuk menarik perhatian pembaca untuk mengikuti, memperlancar penuturan dan pemaparan kisah.

Jenis-jenis lead, diantaranya : Lead ringkasan, Lead humor, Lead naratif, Lead deskriptif, Lead kutipan, Lead pertanyaan, Lead pertanyaan mengejutkan, Lead kejutan, Lead generalisasi, Lead informatif, Lead menunjuk langsung, Lead penggoda, Lead teka-teki, Lead perbandingan, Lead seni, dan terakhir Lead gabungan.

Setelah menulis lead, barulah kita membuat badan tulisan. Hal yang menjadi acuan dalam membuat badan tulisan adalah menjaga pembaca agar tidak bosan dan penggunaan kutipan.

Kutipan memberi penjelasan yang membeberkan berbagai hal otentik mengenai berbagai subyek laporan. Tiap kutipan harus mewakili artukulasi keahlian orang yang mengungkapkannya (Charnley, 1956)

II. PEMBAHASAN
Aktual artinya benar-benar baru terjadi atau masih hangat menjadi perbincangan. Berita yang sudah lama terjadi biasa juga disebut berita basi atau berita kadaluarsa. Berdampak artinya peristiwa atau masalah yang diberitakan punya dampak atau akibat bagi masyarakat, baik negatif maupun positif, misalnya masalah kenaikan harga BBM, penggusuran, dan kerusuhan.

Ketokohan artinya peristiwa atau berita yang disajikan terkait dengan pejabat, tokoh, atau orang terkenal, misalnya aktivitas dan pernyataan-pernyataan Presiden, menteri, dan gubernur, aktivitas pengusaha sukses dan artis, serta kemenangan atau kekalahan atlet terkenal dalam sebuah turnamen.

Humor artinya peristiwa atau masalah yang diberitakan mengandung unsur humor, misalnya guyon pejabat, peristiwa yang menggelikan, bahkan tak jarang media cetak membuat rubrik khusus humor dan media televisi membuat acara khusus lawak dan semacamnya.

Penting artinya peristiwa atau permasalahannya dianggap penting bagi masyarakat, misalnya masalah atau hasil Pilkada dan Pemilu, serta calon presiden atau calon menteri.

Kedekatan artinya peristiwa atau masalah yang diberitakan memiliki unsur kedekatan dengan pembaca atau masyarakat, misalnya peristiwa yang terjadi di Sulawesi Selatan tentu lebih menarik dibaca atau disimak oleh masyarakat di Sulawesi Selatan dibanding masyarakat di provinsi lain. Apalagi kalau peristiwa itu terjadi di sekitar tempat tinggal kita.

Konflik artinya peristiwa atau masalah yang diberitakan mengandung unsur konflik atau pertentangan, misalnya perang, pro-kontra RUU Pornografi, persoalan rumah tangga artis, dan perseteruan politik.

Tragis artinya peristiwa atau masalahnya sangat tragis, misalnya korban kecelakaan, korban kebakaran, orang bunuh diri, korban mutilasi, bom bunuh diri yang menewaskan banyak orang, gempa bumi, dan tsunami.

Seks artinya peristiwa atau masalah yang diberitakan mengandung atau terkait dengan seks, misalnya pernikahan, perkosaan, perselingkuhan, serta foto-foto seksi selebritis. Humor artinya peristiwa yang mengandung unsur-unsur humor atau sesuatu yang dapat membuat orang tersenyum dan atau tertawa.

Berdasarkan aspek-aspek kriteria berita yang baik tersebut, maka berita dapat didefinisikan sebagai laporan atau pemberitahuan melalui media massa tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak.

Sumber Berita
Informasi atau berita di media massa tentu saja harus dicari, yang didahului dengan perencanaan di dapur redaksi. Berita yang dicari itu umumnya adalah peristiwa.

Peristiwa terdiri atas dua macam. Pertama, peristiwa insidentil atau tidak terduga, misalnya kecelakaan lalu lintas, perkelahian, dan lain-lain. Kedua, peristiwa yang dapat diduga sebelumnya, misalnya seminar, pertandingan olahraga, dan pelantikan gubernur.

Selain peristiwa, berita juga dapat dicari dengan cara melakukan wawancara (misalnya dengan pejabat, politisi, dan selebritis), dan melakukan penelitian dokumen (misalnya dokumen sejarah, dokumen Perda, dan dokumen gugatan cerai/pernikahan artis).

Sumber berita lainnya dari press release atau siaran pers (misalnya aktivitas gubernur yang tidak sempat diliput oleh wartawan, penjelasan KPU tentang Pilkada, caleg, atau Pemilu), hak jawab (misalnya seseorang atau instansi yang memberikan hak jawab atas pemberitaan yang tidak berimbang atau tidak benar), serta konferensi pers atau jumpa wartawan (misalnya selebritis mengundang wartawan terkait untuk mengumumkan atau menjelaskan sesuatu hal).

Menulis Berita Langsung (Straight News)
Berbagai informasi yang telah dikumpulkan itu kemudian diolah dan diramu dalam rangkaian kalimat yang mengandung unsur 5W + 1H.
Lima W dimaksud yaitu “what” (apa), “who” (siapa), “when” (kapan), “where” (dimana), dan “why” (mengapa), sedangkan satu H dimaksud yaitu “how” (bagaimana).

Ada banyak model berita, tetapi pada dasarnya berita dibagi dua model, yakni berita langsung (straight news) dan berita tidak langsung (feature news). Berita langsung atau “straight news” adalah berita yang langsung mengemukakan unsur 5W + 1H pada paragraf awal (alinea pertama hingga alinea kedua), sedangkan berita tidak langsung atau “feature news” biasanya diawali dengan kata-kata atau kalimat yang menarik pada paragraf awal, sedangkan unsur 5W + 1H terurai dalam paragraf-paragraf berikutnya.

Konstruksi Berita Langsung
Bangunan atau konstruksi berita terdiri atas tiga unsur, yakni judul berita (headline), teras berita (lead), serta kelengkapan atau penjelasan berita (body). Berita langsung (straight news) biasanya menggunakan bangunan seperti piramida terbalik.

Berita yang menggunakan bangunan atau metode piramida terbalik mendahulukan penyampaian informasi yang sangat penting, kemudian diikuti informasi-informasi yang penting, agak penting, kurang penting, hingga tidak penting.

Dengan menggunakan metode piramida terbalik, informasi-informasi yang kurang penting atau tidak penting dapat dibuang jika tempat (di halaman koran, tabloid, majalah) atau waktu yang tersedia (televisi, radio) terbatas.

Informasi yang dibuang atau dipenggal tentu saja diharapkan tidak mengurangi atau mengganggu inti berita secara keseluruhan, karena semua fakta yang penting telah dikemukakan pada paragraf awal.

Model pemberitaan “straight news” terutama ditujukan bagi orang-orang yang sibuk atau tidak mempunyai waktu luang untuk membaca, mendengar, atau menonton suatu pemberitaan.

Mereka biasanya hanya ingin mengetahui fakta utamanya saja dari setiap peristiwa. Mereka tidak perlu mengetahui secara rinci sampai kepada hal-hal yang tidak penting, kecuali kalau peristiwa itu ada hubungannya dengan kegiatan atau urusan yang sedang digarapnya.

Berikut contoh berita metode piramida terbalik : FKIP Unismuh Gelar Workshop Jurnalistik Makassar, 20 Mei 2010 Himaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, menggelar Workshop Jurnalistik, di Auditorium Al-Amien Kampus Unismuh Makassar, 18 – 21 Mei 2010.

Ketua Panitia, Abdul Wahid, didampingi Sekretaris Early Widia Astuti, kepada wartawan, Selasa (18/5) kemarin menjelaskan, workshop diikuti 40 mahasiswa dari berbagai fakultas di Unismuh Makassar. Materi yang diberikan kepada peserta antara lain Kode Etik Jurnalistik, Ragam Bahasa Jurnalistik, Metode Wawancara, Reportase, Penulisan Straight News dan Feature News, Teknik Menulis Artikel, serta Foto Jurnalistik.

‘’Selain teori, para peserta juga akan diberi latihan menulis berita dan praktek membuat desain media cetak,’’ jelas Wahid, seraya menambahkan bahwa kegiatan tersebut merupakan realisasi dari program kerja Himaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Unismuh Makassar. Penjelasan berita:

1. What (apa) : Workshop Jurnalistik
2. Who (siapa) : Himaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan  Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar
3. When (kapan): 18 – 21 Mei 2010
4. Where (dimana) : di Auditorium Al-Amien Kampus Unismuh Makassar
5. Why (mengapa) : workshop tersebut merupakan realisasi dari program kerja Himaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Unismuh Makassar.
6. How (bagaimana) : Selain teori, peserta juga diberi latihan dan praktek.

Menulis Berita Tidak Langsung (Feature News)
Feature mengandung makna utama, istimewa, yang diutamakan, ditonjolkan. Feature adalah artikel atau berita yang khusus dan istimewa / ditonjolkan untuk menarik perhatian dan dinikmati pembaca, pendengar, atau pemirsa. Feature biasa juga disebut karangan khas, sedangkan feature news biasa juga disebut berita tidak langsung.

Feature news adalah berita yang ditulis dengan gaya karangan khas atau berita yang di-feature-kan. Feature news disebut berita tidak langsung karena tidak langsung mengemukakan 5W + 1 H pada bagian awal berita seperti pada gaya straight news. Unsur 5W + 1 H terurai dalam berita dan mencapai puncak atau klimaksnya pada akhir berita.

Feature news lebih menonjolkan bagaimana (how) dan mengapa (why), sedangkan empat unsur lainnya (what, who, when, where) menjadi pendukung.

Ide dasar feature news, antara lain faktual, tidak dicampur dengan opini wartawan, ada awal, ada pertengahan, dan ada akhir, serta bentuknya bukan piramida terbalik.

Proses penulisan feature news:
1. Menjawab beberapa pertanyaan sebelum menulis teras berita :
o Bagian apa / mana (dari fakta dan hasil observasi lapangan) yang paling memengaruhi saya.
o Kisah apa yang ingin saya sampaikan kepada pembaca.
o Apa yang membuat saya bisa mengatakan “Ini kisah yang benar-benar menarik?”
2. Menulis teras berita
3. Menulis paragraf utama atau paragraf fokus
4. Menulis paragraf berikutnya yang diakhiri dengan klimaks berita

Elemen Penulisan Feature :
1. Penulisan yang tepat (air mata menetes = menangis)
2. Detail (hal2 kecil yang penting / menarik)
3. Irama
4. Contoh / sampel
5. Dialog
6. Suara

III. KESIMPULAN
Berita langsung atau “straight news” adalah berita yang langsung mengemukakan unsur 5W + 1H pada paragraf awal (alinea pertama hingga alinea kedua), sedangkan berita tidak langsung atau “feature news” biasanya diawali dengan kata-kata atau kalimat yang menarik pada paragraf awal, sedangkan unsur 5W + 1H terurai dalam paragraf-paragraf berikutnya.

Feature news adalah berita yang ditulis dengan gaya karangan khas atau berita yang di-feature-kan. Feature news disebut berita tidak langsung karena tidak langsung mengemukakan 5W + 1 H pada bagian awal berita seperti pada gaya straight news. Unsur 5W + 1 H terurai dalam berita dan mencapai puncak atau klimaksnya pada akhir berita.

Feature news lebih menonjolkan bagaimana (how) dan mengapa (why), sedangkan empat unsur lainnya (what, who, when, where) menjadi pendukung. Ide dasar feature news, antara lain faktual, tidak dicampur dengan opini wartawan, ada awal, ada pertengahan, dan ada akhir, serta bentuknya bukan piramida terbalik.

Dream ( Cita-cita )




Cita-cita adalah  impian dan harapan seseorang akan masa depannya, bagi sebagian orang cita-cita  merupakan  tujuan hidup dan bagi sebagian yang lain cita-cita  hanyalah mimpi belaka.
Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah profesi namun lebih dari itu ia adalah sebuah tujuan hidup. Ada yang bercita-cita ingin memiliki harta yang banyak, menjadi orang terkenal, mengelilingi dunia, mempunyai prestasi yang bagus dan segudang cita-cita lainnya. Namun seorang muslim tentunya akan menempatkan cita-citanya di tempat yang paling tinggi dan mulia yaitu menggapai keridhaan Allah.

Dream atau Impian merupakan langkah-langkah kecil yang akan membawa seseorang mencapai cita-citanya. Dream / harapan memeliki beberapa fungsi pertama, sebagai petunjuk arah dengan adanya impian seseorang akan mempunyai arah tujuan. Kedua, menambah nilai pekerjaan, dengan adanya harapan seseorang akan terus belajar, bekerja, bertindak, & beraktifitas bukan sekedar rutinitas atau mengisi waktu luang tapi untuk mengejar cita-cita,  Kehidupan akan bernilai indah, menarik dan bermakna karena adanya tujuan.

Ketiga, Memberikan kekuatan , jika seseorang memiliki impian  atau harapan  tentu dia akan bekerja keras untuk mengahasilkan tujuan yang diinginkan , mimpi yang besar akan menghasilkan upaya yang besar artinya jika seseorang memiliki cita-cita yang besar tentu dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan hidupnya. Keempat, menentukan prioritas, alokasi waktu, tenaga, pikiran, dan lain-lain hanya menegejar impian

Untuk mencapai sebuah impian ada beberapa factor yang harus diperhatikan  yang pertama, mimpi harus ditulis dan sebaiknya tulisan ditempelkan didinding kamar tujuannya  untuk mengingatkan kita. Kedua harus dengan  kalimat positif karena otak tidak mempunyai assosiasi terhadap kata-kata negative, mengandung kata tidak , jangan, dilarang dan sebagainya dan sebaiknya kita menggunakan kata ‘ syukur dan sudah’.

Ketiga, mimpi itu harus spesipik/terperinci misalnya kalau kita menginginkan rumah harus jelas tipe berapa lokasi dimana tahun berapa kita akan menempati rumah yang kita inginkan. Keempat, mimpi harus bias  digambarkan. Kelima, ada alasan  yang kuat misalnya penderitaan yang sangat menyakitkan  atau yang sangat menyenangkan dengan adanya alasan yang sangat kuat tentu seseorang akan melaksanakan apa saja untuk meraih impiannya tentunya dengan  pekerjaan yang diridho oleh alloh subhanahu wataala.

Keenam,  mimpi harus rasional ( irrasional ) yang bisa dilihat mata artinya mimpi yang memungkinkan untu dicapai. Ketujuh, mimpi harus bermakna dan menantang untuk diraih. Kedelapan, mimipi harus dibaca berulang-ulang. Kesembilan, mimpi diceritakan dan diikrarkan sebab perkataan adalah doa.

Senin, 23 Februari 2015

Shodaqah Menyuburkan Tangan Dibawah



Secara umum masih banyak masyarakat yang memahami bahwa shodaqoh atau yang sejenisnya dianggap sebagai ibadah ritual murni yang sebatas hubungan horizontal seorang hamba dengan sang kholiq seperti halnya sholat dan dzikir, padahal Shodaqoh dan zakat adalah bentuk ibadah disamping merajut komunikasi dengan sang kholiq juga ada muatan dimensi sosial yang nilai manfaatnya tidak saja didapat oleh pelaku ibadah, akan tetapi juga dirasakan oleh orang lain, ini yang tidak banyak orang memahami. 

Sehingga masih banyak Donatur / muzaki yang masih memilih mendistribusikan sendiri donasinya langsung kepada mustahik dengan cariti (santunan). Apabila pola seperti ini masih terus berkelanjutan, maka tujuan shodaqoh dan zakat agar mustahik atau penerima bantuan ada perubahan dalam kehidupannya masih jauh dari harapan, karena tidak adanya edukasi bagi penerima bantuan. 

Hal yang sama juga dirasakan oleh mustahik atau penerima bantuan, dikarenakan tidak adanya edukasi, dan arahan untuk kemandirian kepada mereka, maka secara tidak langsung menanamkan kepada mereka kenyamanan menggantungkan nasib kepada orang lain, Banyak orang yang justru merasa bangga jika mendapatkan sumbangan dari orang lain apa lagi setelah berhitung ternyata hasil akumulasi cukup memuaskan ,atau mendapatkan bantuan untuk keperluan saat itu karena tidak harus repot bekerja dan sebagainya. 

Di dalam jiwa mereka sudah tertanam semangat untuk selalu minta dikasihani dan selalu mengharapkan bantuan dari orang lain atau yang dikenal dengan istilah tangan dibawah. Inilah fenomena  yang terjadi dimasyarakat terkait dengan keberadaan Infaq, shodaqoh dan zakat yang dikeluarkan oleh para donatur dan muzaki. Insyaallah akan berbeda sekali jika Donasi baik infaq atau zakat disalurkan melalui Lembaga Zakat syah yang pendistribusiannya lebih mengedepankan program-program pemberdayaan ekonomi.

Sebenarnya apabila “benang kusut” fenomena tersebut diurai akar dari permasalahan tersebut adalah, bukan masalah banyaknya orang yang hidup dibawah garis kemiskinan yang terkesan semakin hari semakin tambah, akan  tetapi seberapa tinggi jiwa dan semangat mereka untuk bisa bangkit dari kemiskinan.
Sementara disisi lain, dalam diri kaum muslimin ada potensi besar yang bisa diakses untuk perbaikan kehidupan dari sisi ekonomi yakni potensi zakat, infaq dan shadaqah kaum muslimin. Melihat mayoritas penduduk Indonesia adalah ummat islam, maka potensi zakat dan infaq sangatlah besar,  lebih dari cukup untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia jika semua umat muslim yang mampu mengeluarkan zakatnya. 

Ini menjadi tantangan Lembaga Zakat untuk terus berkreasi  dalam rangka untuk bisa mengakses dana zakat yang sebenarnya sudah menjadi kewajiban orang muslim yang mampu, juga kreasi program pemberdayaan.  Inilah bentuk ibadah yang ada muatan dimensi sosial yang sepintas seakan normatif dan biasa-biasa saja, namun apa bila dikelola dengan professional akan membuahkan hasil yang besar, mengentaskan kemiskinan. Seperti yang pernah terjadi dan sejarah  telah memberikan pelajaran terbaik bagi kita semua. 

Yaitu ketika masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, telah terwujud kondisi masyarakat yang sangat ideal, kesejahteraan telah tercukupi, kemapanan kaum muslimin saat itu sangat terjamin. Semua itu hasil dari optimalisasi pengelolaan dana ummat dengan penuh amanah dan pengelolaan yang baik untuk kesejahteraan kaum muslimin.

Dari sini terlihat jelas bahwa manfaat Shadaqoh dan zakat tidak saja akan didapat oleh donatur / muzaki, namun juga dirasakan oleh orang lain khususnya kalangan kurang mampu. Kalau kita perhatikan, secara umum taraf hidup masyarakat berangsur-angsur semakin baik dibandingkan sebelumnya terkait dengan sadar zakat dan shodaqoh. Ini bisa kita lihat diantaranya adalah adanya peningkatan jumlah donatur atau muzaki yang menyampaikan donasinya. 

Dibeberapa Lembaga ada peningkatan donasi yang terhimpun, masjid mushola banyak yang direhab karena adanya kas yang cukup, sering kita jumpai dari komunitas muslim sebuah perusahaan atau instansi lainnya seperti Majlis ta’lim mengadakan baksos atau kegiatan santunan yang sifatnya karikatif dari dana infaq / shodaqoh yang terkumpul. Namun dalam kenyataannya golongan dhu’afa dan fakir miskin yang senantiasa menengadahkan tangannya untuk mengharap belas kasihan dari orang lain masih tetap menjamur.

Memperhatikan fenomena ini bisa dilihat dari dua sisi, yang pertama dari sisi sosial, tidak ada yang salah ketika donatur langsung menyampaikan donasinya kepada mustahik, tidak melalui Lembaga, namun nilai manfaatnya sangat sedikit yang didapat, apaladi bicara pemberdayaan masih jauh dari yang diharap, oleh karenanya biarpun jumlah donatur meningkat akan tetapi tidak mengurangi angka kemiskinan. Dan yang kedua dari sisi spiritual, tidak berlebihan kalau dikatakan ini adalah bagian dari scenario Allah SWT. 

Adanya kaum dhu’afa dan fakir miskin adalah bagian dari penyempurnaan ibadah orang lain. Jangankan kita sebagai muslim, Seperti yang kita ketahui dalam setiap agama pasti mengajarkan beramal atau memberikan sebagian rezeki kita kepada orang yang membutuhkan. Logika sederhana jika tidak ada orang miskin kepada siapa orang mampu akan menyalurkan sebagian rezekinya. 

Tentu saja orang miskin harus ada di muka bumi. Ini adalah sunatullah, dan sekaligus menjadi ajang saling membutuhkan antar sesama sehingga dengan sendirinya tercipta Ta’awun (saling membantu) dan saling memerlukan satu sama lain itulah kehidupan. Akan tetapi bagaimanapun kita berkewajiban untuk terus memaksimalkan ikhtiyar agar donasi yang terkumpul bisa didistribusikan kearah pemberdayaan, terlepas bahwa sampai kapanpun kaum dhu’afa akan selalu ada, Wallahua’lam.