Jumat, 20 Februari 2015

ROMANTIKA DAKWAH DI HINTERLAND



Hinterland adalah sebutan atau nama lain dari pulau–pulau yang jauh dari pusat keramaian atau perkotaan. Istilah ini sering kita dengar dan di gunakan di Propinsi Kepulauan Riau dan Batam khususnya, penduduk yang tinggal di hinterland adalah mayoritas suku Melayu dan melayu sangat identik dengan Islam.

      Masyarakat hinterland yang mayoritas melayu dan Islam, tidak serta merta memahami ajaran Islam dengan baik, ini bisa terjadi karena letak tempat tinggal mereka yang begitu jauh dari pusat pusat pendidikan, sarana, dan prasarana yang tidak mencukupi.

     Adapun kebiasaan yang terjadi di masyarakat hinterland yang rata-rata mata pencahariannya adalah nelayan dan kerja di dapur arang, kebiasaan buruk juga ada yang dilakukan beberapa warga berjudi,mabuk dan joget ini yang sudah sangat membudaya. Rasanya tidak sempurna sebuah pesta pernikahan jika tidak ada hiburan joget dan mabuk, yang lebih memperihatinkan adalah judi menjadi kebiasaan dari kaum hawa alias ibu-ibu. 

      Perhatian mereka terhadap pendidikan sangat lemah sehingga berimbas kepada pengamalan-pengamalan nilai-nilai agamapun tidak diperhatikan, rata-rata pendidkan mereka adalah SD. Karena di hinterland sekolah-sekolah formal setingkat SLTP/ MTs dan SMA/MA hanya beberapa tempat, padahal daerah hinterland sangat luas, nah ketika tamat dari SD dan mau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi mereka harus keluar dari pulau tempat tinggal mereka, tidak sampai disitu mereka orang tua tidak mau pisah dengan anak-anaknya yang menyebabkan anak tidak bisa melanjutkan sekolah keluar. 

         Dalam melihat fenomena masyarakat seperti itu maka, menjadi kewajiban bersama semua pihak baik itu pemerintah, swasta, lembaga-lembaga pendidikan dan LSM untuk memberikaan pendidikan, bimbingan dan arahan–arahan  kepada masyarakat hinterland untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dan memahami ajaran agama dengan baik dan sempurna. 

         Alhamdulillah di Batam sudah ada lembaga yang sangat peduli terhadap masyarakat Hinterland yakni LAZ DSNI Amanah, ini dibuktikan dengan ada program PDP ( Pembinaan Desa Pantai) dengan mengirim atau mengutus tenaga tenaga Da’i ke berbagai pulau yang tersebar di wilayah Barelang dan Bulang, yang tugas pokoknya adalah memberikan dan membimbing masyarakat hinterland untuk dapat memahami agama Islam dengan lebih baik.  

      Tugas seorang Pendakwah ( Da’i ) bukanlah pekerjaan yang mudah dan biasa, apalagi yang bertugas di hinterland sangatlah berat dan penuh tantangan, karena yang dihadapi adalah masyarakat yang memiliki karakter yang keras, budaya yang berbeda. Pengalaman da’i yang bertugas di hinterland sangatlah bermacam macam, ada yang di racun, ada yang di usir, dicaci maki dan sebagainya.

        Para Da’i atau pendakwah yang bertugas di hinterland haruslah mempunyai modal yang besar baik itu kesabaran, keuletan, pendidikan dan keikhlasan yang super tinggi ,dan ketika di banting harus tahan banting, baik dibanting dengan cacian, pengusiran dan penghinaan, tanpa memiliki modal itu terutama kesabaran dan keikhlasan maka sudah pasti para Da’i tidak akan pernah bertahan lama dalam menjalankan tugas yang sangat berat, karena bersentuhan atau berhadapan lansung dengan masyarakat awam.

         Romantika dakwah tidaklah selalu mulus dan mengenakkan tetapi ada juga yang menyakitkan dan penuh tantangan.” Untuk sahabat, rekan-rekan Da’i yang bertugas di hinterland mari kita istiqomah untuk membimbing ummat apapun rintangan dan halangan ketika istiqomah dan ikhlas maka semua itu akan hilang dan yang muncul adalah senyum kepuasan ketika melihat masyarakat yang kita bina sudah mulai mau mengenal dan menjalankan ajaran agama dengan baik”,  itulah harapan dan do’a salah satu Da’i DSNI Amanah kepada rekan-rekan sesama da’i yang bertugas di hinterland pada khusunya.

Wallaahu a’lam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar