Hinterland adalah sebutan atau nama lain dari pulau–pulau yang jauh dari
pusat keramaian atau perkotaan. Istilah ini sering kita dengar dan di gunakan
di Propinsi Kepulauan Riau dan Batam khususnya, penduduk yang tinggal di
hinterland adalah mayoritas suku Melayu dan melayu sangat identik dengan Islam.
Masyarakat hinterland yang
mayoritas melayu dan Islam, tidak serta merta memahami ajaran Islam dengan
baik, ini bisa terjadi karena letak tempat tinggal mereka yang begitu jauh dari
pusat pusat pendidikan, sarana, dan prasarana yang tidak mencukupi.
Adapun kebiasaan yang
terjadi di masyarakat hinterland yang rata-rata mata pencahariannya adalah
nelayan dan kerja di dapur arang, kebiasaan buruk juga ada yang dilakukan
beberapa warga berjudi,mabuk dan joget ini yang sudah sangat membudaya. Rasanya
tidak sempurna sebuah pesta pernikahan jika tidak ada hiburan joget dan mabuk,
yang lebih memperihatinkan adalah judi menjadi kebiasaan dari kaum hawa alias
ibu-ibu.
Perhatian mereka terhadap pendidikan sangat lemah sehingga berimbas
kepada pengamalan-pengamalan nilai-nilai agamapun tidak diperhatikan, rata-rata
pendidkan mereka adalah SD. Karena di hinterland sekolah-sekolah formal
setingkat SLTP/ MTs dan SMA/MA hanya beberapa tempat, padahal daerah hinterland
sangat luas, nah ketika tamat dari SD dan mau melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi mereka harus keluar dari pulau tempat tinggal mereka, tidak sampai disitu
mereka orang tua tidak mau pisah dengan anak-anaknya yang menyebabkan anak
tidak bisa melanjutkan sekolah keluar.
Dalam melihat fenomena
masyarakat seperti itu maka, menjadi kewajiban bersama semua pihak baik itu
pemerintah, swasta, lembaga-lembaga pendidikan dan LSM untuk memberikaan pendidikan,
bimbingan dan arahan–arahan kepada
masyarakat hinterland untuk menjadi masyarakat yang lebih baik dan memahami
ajaran agama dengan baik dan sempurna.
Alhamdulillah di Batam
sudah ada lembaga yang sangat peduli terhadap masyarakat Hinterland yakni LAZ
DSNI Amanah, ini dibuktikan dengan ada program PDP ( Pembinaan Desa Pantai)
dengan mengirim atau mengutus tenaga tenaga Da’i ke berbagai pulau yang
tersebar di wilayah Barelang dan Bulang, yang tugas pokoknya adalah memberikan
dan membimbing masyarakat hinterland untuk dapat memahami agama Islam dengan lebih baik.
Tugas seorang Pendakwah ( Da’i ) bukanlah pekerjaan yang
mudah dan biasa, apalagi yang bertugas di hinterland sangatlah berat dan penuh tantangan,
karena yang dihadapi adalah masyarakat yang memiliki
karakter yang keras, budaya yang berbeda. Pengalaman da’i yang bertugas di hinterland sangatlah
bermacam macam, ada yang di racun, ada yang di usir, dicaci maki dan sebagainya.
Para Da’i atau pendakwah
yang bertugas di hinterland haruslah mempunyai modal yang besar baik itu
kesabaran, keuletan, pendidikan dan keikhlasan yang super tinggi
,dan ketika di banting harus tahan banting, baik dibanting
dengan cacian, pengusiran dan penghinaan, tanpa memiliki modal itu terutama
kesabaran dan keikhlasan maka sudah pasti para Da’i tidak akan pernah bertahan
lama dalam menjalankan tugas yang sangat berat, karena bersentuhan atau
berhadapan lansung dengan masyarakat awam.
Romantika dakwah tidaklah
selalu mulus dan mengenakkan tetapi ada juga yang menyakitkan dan penuh
tantangan.” Untuk
sahabat,
rekan-rekan
Da’i yang bertugas di hinterland mari kita istiqomah untuk membimbing ummat
apapun rintangan dan halangan ketika istiqomah dan ikhlas maka semua itu akan
hilang dan yang muncul adalah senyum kepuasan ketika melihat masyarakat yang
kita bina sudah mulai mau mengenal dan menjalankan ajaran agama dengan baik”,
itulah
harapan dan do’a salah satu Da’i DSNI Amanah kepada rekan-rekan sesama da’i yang
bertugas di hinterland pada khusunya.
Wallaahu a’lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar